Struktur Organisasi Terhadap Keputusan
Disusun Oleh :
NAMA : Chairul Amri Lubis
NPM : 22414313
KELAS : 4 IC 02
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2018
Struktur organisasi
Struktur organisasi
adalah suatu susunan komponen-komponen atau unit-unit kerja dalam sebuah
organisasi. Struktur organisasi menunjukan bahwa adanya pembagian kerja dan
bagaimana fungsi atau kegiatan-kegiatan berbeda yang dikoordinasikan. Dan
selain itu struktur organisasi juga menunjukkan mengenai
spesialisasi-spesialisasi dari pekerjaan, saluran perintah maupun penyampaian
laporan.
Struktur organisasi
adalah suatu susunan atau hubungan antara komponen bagian-bagian dan posisi
dalam sebuah organisasi, komponen-komponen yang ada dalam organisasi mempunyai
ketergantungan. Sehingga jika terdapat suatu komponen baik maka akan
berpengaruh kepada komponen yang lainnya dan tentunya akan berpengaruh juga
kepada organisasi tersebut.
Apa yang dimaksud
dengan struktur organisasi?
Struktur
organisasi merupakan susunan dan hubungan antara setiap bagian
maupun posisi yang terdapat pada sebuah organisasi atau perusahaan dalam
menjalankan kegiatan-kegiatan operasionalnya dengan maksud untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Struktur organisasi dapat
menggambarkan secara jelas pemisahan kegiatan dari pekerjaan antara yang satu
dengan kegiatan yang lainnya dan juga bagaimana hubungan antara aktivitas dan
fungsi dibatasi. Di dalam struktur organisasi yang baik harus dapat menjelaskan
hubungan antara wewenang siapa melapor atau bertanggung jawab kepada siapa,
jadi terdapat suatu pertanggungjawaban apa yang akan di kerjakan. Itulah
beberapa definisi struktur organisasi.
Fungsi
Pengorganisasian
Menetapkan
Struktur dan Desain Organisasi
Pengorganisasian, dirumuskan sebagai proses menciptakan
struktur sebuah organisasi. Struktur Organisasi, adalah kerangka
kerja formal organisasi yang mencerminkan pembagian, pengelompokan dan
pengkoordinasian tugas dalam suatu organisasi. Desain Organisasi,
adalah pengembangan atau pengubahan struktur suatu organisasi.
Departementalisasi
Departementalisasi sebagai
landasan yang digunakan untuk mengelompokan tugas-tugas dan pekerjaan dalam
rangka mencapai sasaran organisasi. Setiap organisasi akan memiliki cara
khasnya sendiri dalam mengklasifikasikan dan menggolongkan kegiatan kerja.
Secara histories salah satu cara yang paling popular untuk menggolongkan
kegiatan kerja, adalah menurut fungsi yang dilakukan (departemen fungsional).
Kegiatan kerja dapat pula didepartementalisasikan menurut jenis produk yang
dihasilkan oleh organisasi tersebut (departementalisasi produk), gambar
Departementalisasi Produk.
Sentralisasi
dan Desentralisasi
Organisasi tertentu para manajer puncak mengambil semua
keputusan dan para manajer tingkat yang lebih rendah hanya melaksanakan
petunjuk itu. Pada ekstrim yang lain, pada sejumlah organisasi pengambilan
keputusan itu didorong kebawah melalui tingkatan manajemen kepada para manajer
yang paling dekat dengan tindakan tersebut. Sentralisasi melukisan sejauh mana
pengambilan keputusan itu terkonsentrasi di tingkat-tingkat atas organisasi.
Apabila manajemen puncak mengambil keputusan-keputusan penting organisasi
tersebut dengan sedikit atau tanpa masukan dari para karyawan tingkat yang
lebih rendah maka organisasi itu tersentralisasi.
Sebaliknya semakin karyawan tingkat rendah bisa memberi
masukan atau betul-betul diberi kebebasan untuk mengambil keputusan maka
perusahan itu makin terdesentralisasi. Pada konsep sentralisasi dan
desentralisasi itu bersifat relatif (bukan absolut), dimaksud dengan ini ialah
bahwa sebuah organisasi itu tidak pernah sepenuhnya tersentralisasi atau
terdesentralisasi.
Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai
suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada
pemilihan suatu jalur tindakan di antara beberapa alternatif yang tersedia.
Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu pilihan final.
Keluarannya bisa berupa suatu tindakan (aksi) atau suatu opini terhadap
pilihan.
Definisi Pengambilan
Keputusan Menurut Para Ahli :
·
Menurut George R. Terry pengambilan keputusan adalah pemilihan
alternatif perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau lebih alternatif yang
ada.
·
Menurut Sondang P. Siagian pengambilan keputusan adalah suatu
pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan
mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling
cepat.
·
Menurut James A. F. Stoner pengambilan keputusan adalah proses
yang digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai cara pemecahan masalah.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
pengambilan keputusan itu adalah suatu cara yang digunakan untuk
memberikan suatu pendapat yang dapat menyelesaikan suatu masalah dengan cara /
teknik tertentu agar dapat lebih diterima oleh semua pihak.
Dasar Pengambilan Keputusan
Menurut George R.Terry
dan Brinckloe disebutkan dasar-dasar pendekatan dari pengambilan keputusan yang
dapat digunakan yaitu :
1.
Intuisi
Pengambilan keputusan yang didasarkan atas
intuisi atau perasaan memiliki sifat subjektif sehingga mudah terkena pengaruh.
Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi ini mengandung beberapa keuntungan
dan kelemahan.
2.
Pengalaman
Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman
memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis, karena pengalaman seseorang dapat
memperkirakan keadaan sesuatu, dapat diperhitungkan untung ruginya terhadap
keputusan yang akan dihasilkan. Orang yang memiliki banyak pengalaman tentu
akan lebih matang dalam membuat keputusan akan tetapi, peristiwa yang lampau
tidak sama dengan peristiwa yang terjadi kini.
3.
Fakta
Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat
memberikan keputusan yang sehat, solid dan baik. Dengan fakta, maka tingkat
kepercayaan terhadap pengambilan keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang
dapat menerima keputusan-keputusan yang dibuat itu dengan rela dan lapang dada.
4.
Wewenang
Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang
biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya atau orang yang lebih
tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih rendah kedudukannya. Pengambilan
keputusan berdasarkan wewenang ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan.
5.
Logika/Rasional
Pengambilan keputusan yang berdasarkan logika
ialah suatu studi yang rasional terhadap semuan unsur pada setiap sisi dalam
proses pengambilan keputusan. Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan
rasional, keputusan yang dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih transparan,
konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu,
sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang
diinginkan. Pada pengambilan keputusan secara logika terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan, yaitu :
·
Kejelasan masalah
·
Orientasi tujuan : kesatuan pengertian tujuan yang ingin dicapai
·
Pengetahuan alternatif : seluruh alternatif diketahui jenisnya
dan konsekuensinya
·
Preferensi yang jelas : alternatif bisa diurutkan sesuai
criteria
·
Hasil maksimal : pemilihan alternatif terbaik didasarkan atas
hasil ekonomis yang maksima.
Jenis
Jenis Keputusan
Jenis keputusan dalam sebuah organisasi dapat
digolongkan berdasarkan banyaknya waktu yang diperlukan untuk mengambil
keputusan tersebut, bagian mana organisasi harus dapat melibatkan dalam
mengambil keputusan dan pada bagian organisasi mana keputusan tersebut
difokuskan.
Secara garis besar
jenis keputusan terbagi menjadi dua bagian yaitu :
-. Keputusan Rutin
Keputusan Rutin adalah
Keputusan yang sifatnya rutin dan berulang-ulang serta biasanya telah
dikembangkan untuk mengendalikannya.
-. Keputusan tidak Rutin
Keputusan tidak Rutin
adalah Keputusan yang diambil pada saat-saat khusus dan tidak bersifat rutin.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Menurut John D.Miller dalam
Imam Murtono (2009) faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam
menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan
adalah: jenis kelamin pria atau wanita, peranan pengambilan keputusan, dan
keterbatasan kemampuan.
Dalam pengambilan suatu keputusan individu dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu nilai individu, kepribadian, dan kecenderungan dalam pengambilan resiko.
Dalam pengambilan suatu keputusan individu dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu nilai individu, kepribadian, dan kecenderungan dalam pengambilan resiko.
Pertama, nilai individu
pengambil keputusan merupakan keyakinan dasar yang digunakan seseorang jika ia
dihadapkan pada permasalahan dan harus mengambil suatu keputusan. Nilai-nilai
ini telah tertanam sejak kecil melalui suatu proses belajar dari lingkungan
keluarga dan masyarakat. Dalam banyak keadaan individu bahkan tidak berfikir
untuk menyusun atau menilai keburukan dan lebih ditarik oleh kesempatan untuk
menang.
Kedua, kepribadian. Keputusan yang diambil
seseorang juga dipengaruhi oleh faktor psikologis seperti kepribadian. Dua
variabel utama kepribadian yang berpengaruh terhadap keputusan yang dibuat,
seperti ideologi versus kekuasaan dan emosional versus obyektivitas. Beberapa
pengambil keputusan memiliki suatu orientasi ideologi tertentu yang berarti
keputusan dipengaruhi oleh suatu filosofi atau suatu perangkat prinsip
tertentu. Sementara itu pengambil keputusan atau orang lain mendasarkan
keputusannya pada suatu yang secara politis akan meningkatkan kekuasaannya
secara pribadi.
Ketiga, kecenderungan terhadap pengambilan resiko.
Untuk meningkatkan kecakapan dalam membuat keputusan, perawat harus membedakan
situasi ketidakpastian dari situasi resiko, karena keputusan yang berbeda
dibutuhkan dalam kedua situasi tersebut. Ketidakpastian adalah kurangnya pengetahuan
hasil tindakan, sedangkan resiko adalah kurangnya kendali atas hasil tindakan
dan menganggap bahwa si pengambil keputusan memiliki pengetahuan hasil tindakan
walaupun ia tidak dapat mengendalikannya. Lebih sulit membuat keputusan dibawah
ketidakpastian dibanding dibawah kondisi bahaya. Di bawah ketidakpastian si
pengambil keputusan tidak memiliki dasar rasional terhadap pilihan satu
strategi atas strategi lainnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan :
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan :
1.
Posisi atau kedudukan. Dalam mengambil suatu keputusan posisi
atau kedudukan sangat menentukan yaitu apakah posisi seseorang itu masuk ke
dalam pembuat keputusan(decision maker), penentu keputusan (decision taker) atau karyawan (staff) karena dari penentuan posisi inilah
kemudian dapat ditentukan bagian apa yang harus dikerjakan pada posisinya
masing-masing sehingga keputusan yang diambil bisa tepat.
2. Masalah. Masalah merupakan suatu penghalang
untuk tercapainya suatu tujuan, jadi dalam mengambil suatu keputusan harus
benar-benar dipahami masalah yang sedang dihadapi sehingga kita bisa mengambil
keputusan yang tepat dan juga suatu tujuan dapat tercapai.
3. Situasi. Situasi merupakan keseluruhan
faktor-faktor dalam keadaan yang berkaitan satu sama lain dan yang secara
bersama-sama memancarkan pengaruh terhadap kita beserta apa yang hendak kita
perbuat.
4. Kondisi. Kondisi adalah keseluruhan dari
faktor-faktor yang secara bersama-sama menentukan daya gerak, daya berbuat atau
kemampuan kita. Sebagian besar faktor-faktor tersebut merupakan sumber
daya-sumber daya.
5. Tujuan. Tujuan
yang hendak dicapai baik tujuan perorangan, tujuan unit (kesatuan), tujuan
organisasi, maupun tujuan usaha yang pada umumnya telah ditentukan. Tujuan yang
ditentukan dalam pengambilan keputusan merupakan tujuan antara atau objektif.
Adapun dalam referensi lain pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor personal.
Adapun dalam referensi lain pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor personal.
1.
Kognisi, artinya kualitas dan kuantitas pengetahuan yang di
miliki. Misalnya ; Kemampuan menalar, memiliki kemampuan berfikir secara logis,
dll.
2.
Motif, suatu keadaan tekanan dalam diri individu yang
mempengaruhi, memelihara dan mengarahkan prilaku menuju suatu sasaran
3.
Sikap, Bagaimana keberanian kita dalam mengambil risiko
kepututusan, pemilihan suasana emosi dan waktu yang tepat, mempertimbangkan
konsekuensi yang mungkin terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar