MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Setiap
manusia memiliki pandangan hidup yang berbeda-beda. Pengelompokkan pandangan
hidup yang berbeda-beda akan menciptakan paham atau aliran. Aliran–aliran
tersebut, misalnya individualisme, sosialisme, kapitalisme, dan lain-lain.
Pandangan hidup tidak terlepas dari masalah nilai dalam kehidupan manusia.
Pandangan hidup merupakan wujud pertama kebudayaan yang tidak terlepas dari
nilai budaya.
1.2 Rumusan
Masalah
Dari
latar belakang yang telah dijelaskan di awal tadi, maka saya mengambil pokok
masalah menjadi 6 rumusan yang akan dibahas selanjutnya. Berikut adalah
rumusan/pokok masalah :
1.
Pengertian Pandangan Hidup?
2.
Pengertian dari Cita-cita?
3.
Pengertian dari Kebajikan?
4.
Pengertian dari Usaha atau Perjuangan?
5.
Pengertian dari Keyakinan atau Kepercayaan?
6.
Langkah berpandangan hidup yang baik?
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan
makalah “Manusia dan Pandangan Hidup” dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Adapun secara khusus, tujuan dari
penulisan makalah ini diantaranya sebagai berikut:
Pengertian pandangan hidup,
cita-cita, kebajikan, etika, manusia dan pandangan hidup, dan langkah – langkah berpandangan
hidup yang baik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pandangan Hidup
Yang
dimaksud dengan pandangan hidup adalah bagaimana manusia memandang kehidupan
atau bagaimana manusia memiliki konsepsi tentang kehidupan. Akibat dari
pandangan hidup yang berbeda-beda, maka timbullah secara umum pandangan hidup
yang dapat dikelompok-kelompokkan disebut aliran atau paham. Misalnya, manusia
yang mengutamakan diri sendiri yang menimbulkan paham individualisme dan
manusia yang mengutamakan kepentingan umum atau masyarakat yang
menimbulkan paham sosialisme.
Berdasarkan nilai hidupnya, Eduard Spranger
membagi manusia atas enam tipe, yaitu menusia ekonomi, politik, sosial,
pengetahuan, seni, dan agama. Berdasarkan klasifikasi tersebut yang dimaksud
dengan manusia ekonomi adalah orang yang suka bekerja, suka mengumpulkan harta,
bersifat agak kikir, dan perhitungan. Sehingga, dari sifat-sifat manusia
seperti itu akan lahir manusia yang disebut homo economicus yang
mendasarkan kehidupannya terutama atas kepentingan ekonomi. Dalam abad XX ini,
terdapat dua aliran besar dalam pemikiran atau pandangan ekonomi, yaitu
kapitalisme dan sosialisme.
Dalam
aliran kapitalisme, seorang individu akan berusaha sendiri mempergunakan modal
uang dimilikinya untuk mengembangkan dirinya. Paham kapitalisme, umumnya
berkembang di negara-negara Barat yang memiliki nilai hidup. Sedangkan, paham
sosialisme umumnya berkembang di negara-negara Timur (negara berkembang). Oleh
karena itu, negara yang diserahi rakyatnya mengurus kepentingannya, harus
mengutamakan kepentingan umum agar kemiskinan dapat dihilangkan sehingga
masyarakat menjadi sejahtera.
Pandangan hidup juga tidak terlepas dari masalah nilai
dalam kehidupan manusia pada umumnya. Oleh karena itu, pandangan hidup yang
sempurna yang merupakan wujud pertama kebudayaan tidak boleh terlepas dari
nilai budaya. C. Kluckhohn dalam karyanya Variations in Value Orientation mengemukakan
tentang adanya lima masalah dasar manusia, yaitu manusia dan hidup, manusia dan
karya, manusia dan waktu, manusia dan alam, manusia dan sesama manusia.
B. Cita-cita
Dalam
masalah manusia dengan waktu, wujud pandangan manusia yang berkaitan dengan
waktu adalah cita-cita. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, cita-cita adalah
keinginan, harapan, dan tujuan yang selalu ada dalam pikiran. Baik keinginan,
harapan, maupun tujuan tersebut merupakan orientasi yang ingin diperoleh pada
masa mendatang. Dengan demikian cita-cita mempunyai pandangan masa depan dan
merupakan pandangan hidup yang akan datang. Sehingga, cita-cita merupakan
semacam garis linier yang makin lama makin tinggi, dengan kata lain cita-cita
merupakan keinginan, harapan, dan tujuan manusia yang makin tinggi tingkatannya.
Dapat atau tidaknya seseorang mencapai apa yang dicita-citakannya, hal itu
tergantung atas tiga faktor, yaitu manusia, kondisi yang dihadapi selama
mencapai apa yang dita-citakannya, dan seberapa tinggikah cita-cita yang hendak
dicapai.
Suatu
cita-cita tidak hanya dimiliki oleh individu saja, masyarakat dan bangsa
memiliki cita-cita juga. Cita-cita suatu bangsa merupakan keinginan atau tujuan
suatu bangsa. Misalnya, bangsa Indonesia mendirikan suatu negara yang merupakan
sarana utuk menjadi suatu bangsa yang masyarakatnya memiliki keadilan dan
kemakmuran. Sedangkan, bangsa Jerman di bawah kepemimpinan Adolf Hitler pernah
bercita-cita agar bangsa Jerman dapat menjadi penguasa dunia.
Berdasarkan
pernyataan di atas, dapat disimpulkan seperti hal-hal berikut ini. Baik
individu, masyarakat, maupun negara, berhasilnya suatu cita-cita, dapat
menimbulkan rasa puas, sebaliknya gagalnya suatu cita-cita, dapat menimbulkan
frustasi. Pada umumnya cita-cita merupakan hal yang positif, tetapi apabila
seseorang dalam usaha mencapai cita-citanya dilakukan dengan nafsu maka
cita-citanya yang positif ini yang memiliki sifat ideal yang baik, dapat
berkurang mutunya. Oleh karena itu, perlu diingat bahwa nafsu cenderung membawa
manusia pada cara-cara yang negatif, mengubah yang tadinya positif menjadi
negatif.
C. Kebajikan
Kebajikan
mengandung arti perbuatan baik, sesuatu yang mendatangkan kebaikan. Dengan
demikian, maka kebajikan merupakan suatu tindakan (action) yang
bersumber pada kebijakan, yaitu kepandaian atau kemahiran. Kata kebajikan dan
kebijakan erat hubungannya dengan kebijaksanaan, yaitu kepandaian mempergunakan
akal budi dalam mencapai suatu tujuan atau memecahkan suatu persoalan.
Dikatakan bahwa kebajikan, kebijakan, maupun kebijaksanaan selalu bersumber
pada suara hati yang sangat mendasar dan dalam. Sumber tersebut ada tiga, yaitu
suara Tuhan, suara hati nurani manusia, dan suara masyarakat.
Kebajikan
manusia secara nyata dan dapat dirasakan melalui tingkah lakunya. Dan, dalam
hal ini, tingkah laku manusia sebagai perwujudan kebajikan inilah yang akan
dikemukakan karena wujudnya dapat dilihat dan dirasakan. Karena tingkah laku
bersumber pada pandangan hidup, maka setiap orang memiliki tingkah laku
sendiri-sendiri yang berbeda dari orang lain dan tergantung dari pembawaan,
lingkungan, dan pengalaman.
D. Usaha/perjuangan
Usaha atau aperjuangan adalah kerja
keras untuk mewujudkan cita – cita. Setiap manusia harus kerja keras untuk
melanjutkan hidupnya. Sebagian hidup manusia adalah usaha/perjuangan, perjuangan
untuk hidup dan ini sudah kodrat manusia. Tanpa usaha/perjuangan manusia tak
dapat hidup sempurna. Apabila manusia ingin menjadi kaya, ia harus kerja keras.
Bila seseorang ingin menjadi ilmuwan, ia harus rajin belajar dan mengikuti
semua ketentuan akademik.Kerja keras itu dapat dilakukan denga otak/ilmu atau
jasmani/tenaga, dan bisa juga keduanya. Para ilmuwan lebih banyak bekerja keras
dengan otak/ilmunya daripada jasmani/tenaganya. Sebaliknya buruh bekerja keras
dengan jasmani/tenaganya daripada otaknya. Kerja keras pada dasarnya menghargai
dan menigkatkan harkat dan martabat manusia. Pemalas membuat manusia itu
miskin, melarat dan tidak mempunyai harkat dan martabat. Karena itu tidak boleh
bermalas – malasan, bersantai – santai dalam hidup ini. Santai dan istirahat
ada waktunya dan manusia yang mengaturnya. Dalam agamapun diperintahkan untuk
kerja keras, sebagaimana hadist yang diucapkan Nabi Besar Muhammad S.A.W yang
ditunjuk kepada para pengikutnya “Bekerjalah kamu seakan-akan kamu hidup
selama-lamanya, dan beribadahlah kamu seakan-akan kamu akan mati besok”.Untuk
kerja keras manusia dibatasi oleh kemampuan. Karena kemampuan terbatas itulah
timbul perbedaan tingkat kemakmuran antara manusia satu dan manusia lainnya. Kemampuan itu terbatas pada fisik dan
keahlian / ketrampilan. Orang bekerja dengan fisik lemah memperoleh hasil
sedikit, ketrampilan akan memperoleh penghasilan lebih banyak jika dibandingkan
dengan orang yang tidak mempunyai ketrampilan / keahlian. Karena itu mencari
ilmu dan keahlian / ketrampilan itu suatu keharusan, Sebagaimana dinyatakan
dalam ungkapan sastra “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahat” dalam
pendidikan dikatakan sebagai “Long life education”. Karena manusia itu
mempunyai rasa kebersamaan dan belas kasihan (cinta kasih) antara sesama
manusia, maka ketidak mampuan akan kemampuan terbatas yang menimbulkan
perbedaan tingkat kemakmuran itu dapat diatasi bersama-sama secara tolong
menolong, bergotong royong. Apabila sistem ini diangkat ketingkat organisasi
negara, maka negara akan mengatur usaha / perjuangan warga negaranya sedemian
rupa, sehingga perbedaan tingkat kemakmuran antara sesama warga negara dapat
dihilangkan atau tidak terlalu mencolok. Keadaan ini dapat dikaji melalui
pandangan hidu /idiologi yang dianut oleh suatu negara.
E. Pengertian Keyakinan/Kepercayaan
Keyakinan / kepercayaan yang menjadi dasar pandangan hidup manusia adalah
sebuah pemikiran yang mendasar dan mendalam terhadap suatu hal yang kemudian di
anut untuk menjadi pedoman hidup mereka.Keyakinan / Kepercayaan itu sendiri
berasal dari akal atau kekuasaan tuhan. Sebuah akal yang berfikir tentang
pedoman yang di anut merupakan pemberian Allah yang kemudian di implementasikan
di kehidupan nyata. Keyakinan / kepercayaan itu sendiri nantinya akan membentuk
sebuah filsafat. Menurut Prof. Dr. Harun Nasution ada tiga aliran filsafat,
yaitu aliran Naturalisme, aliran Intelektualisme, dan aliran Gabungan
(Naturalisme dan Intelektualisme).Aliran Naturalisme adalah hidup manusia itu
dihubungkan dengan kekuatan gaib yang merupakan kekuatan tertinggi. Kekuatan
gaib itu dari natur, dan itu dari Tuhan. Aliran Intelektualisme adalah
dasar aliran ini adalah logika / akal. Manusia mengutamakan akal. Dengan akal
manusia berpikir.Aliran Gabungan adalah dasar aliran ini ialah kekuatan gaib
dan juga akal. kekuatan gaib Minya kekuatan yang berasal dari Tuhan, percaya
adanya Tuhan sebagai dasar keyakinan.
F. Langkah-Langkah Berpandangan Hidup Yang Baik
Manusia pasti mempunyai pandangan
hidup walau bagaimanapun bentuknya. Bagaimana kita memeperlakukan pandangan
hidup itu tergantung pada orang yang bersangkutan. Ada yang memperlakukan
pandangan hidup itu sebagai sarana mencapai tujuan dan ada pula yang
memperlakukaan sebagai penimbul kesejahteraan, ketentraman dan sebagainya.
Akan tetapi yang terpenting, kita
seharusnya rnernpunyai langkah-langkah berpandangan hidup ini. Karena
hanya dengan rnernpunyai langkah-langkah itulah kita dapat memperlakukan
pandangan hidup sebagai sarana mcncapai tujuan dan
cita-cita dengan baik. Adapun langkah-langkah itu sebagai berikut :
(1) Mengenal
Mengenal merupakan suatu kodrat bagi
rnanusia yaitu rnerupakan tahap pertarna dari setiap aktivitas hidupnya
yang dalam jal ini rnengenal apa itu pandangan hidup. Tentunya kita yakin
dan sadar bahwa sctiap manusia itu pasti rnernpunyai pandangan hidup, maka kita
dapat memastikan bahwa pandangan hidup itu ada sejak rnanusia itu ada, dan
bahkan hidup itu ada sebelum manusia itu bel urn turun ke dunia. Adam dan
hawalah dalam hal ini yang merupakan manusia pertama, dan berarti pula mereka
rnernpunyai pandangan hidup yang digunakan sebagai pedoman dan yang
rnernberi petunjuk kepada mereka.
Sedangkan kita sebagai mahluk yang bernegara dan atau beragama pasti mempunyai
pandangan hidup juga dalam beragama, khususnya Islam, kita
rnernpunyai pandangan hidup yaitu AI-Qur’an, Hadist dan ijmak Ulama, yang
rnerupakan satu kesatuan dan lidak dapat dipisah-pisahkan satu sama lainnya.
(2) Mengerti
Tahap kedua untuk berpandangan hidup
yang baik adalah mengerti. Mengerti disini dimaksudkan mengerti
terhadap pandangan hidup itu sendiri. Bila dalam bernegara kita
berpandangan pada Pancasila, maka dalam berpandangan hidup pada Pancasila
kita hendaknya mengerti apa Pancasila dan bagaimana mengatur
kehidupan bernegara. Begitu juga bagai yang
berpandangan hidup pada agama Islam. Hendaknya kita mengerti apa
itu Al-Qur’an, Hadist dan ijmak itu dan bagaimana ketiganya itu
mengatur kehidupan baik di dunia maupun di akherat Selain itu juga kita
mengerti untuk apa dan dari mana Al Qur’an, hadist, dan ijmak itu. Sehingga
dengan demikian mempunyai suatu konsep pengertian tentang
pandangan hidup dalam Agama Islam. Mengerti terhadap
pandangan hidup di sini memegang peranan penting. Karena dengan
mengerti, ada kecenderungan mengikuti apa yang
terdapat dalam pandangan hidup itu.
(3) Menghayati
Langkah selanjutnya
setelah mengerti pandangan hidup adalah menghayati pandangan
hidup itu. Dengan menghayati pandangan hidup kita
memperoleh gambaran yang tepat dan benar mengenai
kebenaran pandangan hdiup itu sendiri.
Menghayati disini dapat diibaratkan
menghayati nilai-nilai yang terkandung didalanmya, yaitu dengan
memperluas dan memperdalam pengetahuan mengenai pandangan hidup itu
sendiri. Langkah-langkah yang dapat ditempuh
dalam rangka menghayati ini, menganalisa hal-hal
yang berhubungan dengan pandangan hidup,
bertanya kepada orang yang dianggap lebih tabu dan
lebih berpengalaman mengenai isi pandangan hidup itu atau mengenai pandangan
hidup itu sendiri. Jadi dengan menghayati pandangan hid up kita
akan memperoleh mengenai kebenaran tentang pandangan
hidup itu sendiri.
Yang perIu diingat
dalam langkah mengerti dan menghayati pandangan
hidup itu, yaitu harus ada. Sikap
penerimaan terhadap pandangan hidup itu sendiri. Dalam sikap
penerimaan pandangan hidup ini ada
dua altematif yaitu penerimaan secara
ikhlas dan penerimaaan secara tidak ikhlas.
Dengan kata lain langkah mengenai
mengerti dan menghayati ini ada sikap penerimaan dan hal lain
merupakan langkah yang menentukan terhadap langkah
selanjutnya. Bila dalarn mengerti dan menghayati ini ada penerimaan
secara ikhlas,maka langkah selanjutnya akan memperkuat
keyakinannya. Akan tetapi bila sebaliknya langkah
selanjutnya tidak berguna.
(4) Meyakini
Setelah mengetahui kebenaran
dan validitas, baik secara kemanusiaan, maupun ditinjau dan
segi kemasyarakatan maupun negara dan dari
kehidupan di akherat, maka hendaknya kita meyakini
pandangan hidup yang telah kita hayati itu. Meyakini ini
merupakan suatu hal untuk cenderung memperoleh suatu
kepastian sehingga dapat mencapai suatu tujuan hidupnya.
Dengan meyakini
berarti secara langsung ada penerimaan
yang ikhlas terhadap pandangan hidup
itu. Adanya sikap menerima secara ikhlas
ini maka ada kecenderungan untuk selalu berpedoman kepadanya dalam
segala tingkah laku dan tindak tanduknya selalu dipengaruhi oleh pandangan
hidup yang diyakininya. Dalam meyakini ini penting juga adanya iman
yang teguh. Sebab dengan iman yang teguh ini dia tak akan terpengaruh oleh
pengaruh dari luar dirinya yang menyebabkan dirinya tersugesti.
Contoh bahwa keyakinan itu penting
dalam tingkah laku. Kita sebagai umat yang beragama Islam yakin bahwa Allah itu
mempunyai sifat yang malla dari segala yang diantaranya adalah maha mengetahui.
Sifat maha mengetahui ini membuat orang yang meyakininya selalu berbuat
baik, Dalam hal ini adalah keyakinan yang sebenar-benamya. Akan tetapi
dalam kasus tertentu ada pula orang yang walaupun meyakini, tetapi karena
imannya tipis maka terpaksa melanggar ketentuannya.
(5.) Mengabdi
Pengabdian merupakan sesuatu hal
yang penting dalam menghayati dan meyakini sesuatu yang telah dibenarkan dan
diterima baik oleh dirinya lebih-lebih oleh orang lain. Dengan mengabdi maka
kita akan merasakan manfaatnya Sedangkan perwujudan manfaat mengabdi ini dapat
dirasakan oleh pribadi kita sendiri. Dan manfaat itu sendiri bisa terwujud di
masa masih hidup dan atau sesudah meninggal yaitu di alam akherat.
Dampak berpandangan hidup
Islam yang antara lain yaitu mengabdi kepada orang tua (kedua orang tua). Dalam
mengabdi kepada orang tua bila didasari oelh pandangan hidup Islam maka akan
cenderung untuk selalu disertai dengan ketaatan dalam mengikuti segala
perintahnya. Setidak-tidaknya kita menyadari bahwa kita sudah
selayaknya mengabdi kepada orang tua. Karena kita dahulu yaitu dari bayi sampai
dapat berdiri sendiri tokh diasuhnya dan juga kita dididik kepada hal yang
baik.
Oleh karena itu seharusnya mengabdi
kepada orang tua kita dengan perwujudannya yang berupa perbuatan yang
menyenangkan hatinya, baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Artinya apapun yang menjadi hambatan dan tantangan kita untuk tidak mengabdi
kepadanya harus selalu ditumbangkan.
Jadi jika kita sudah mengenal,
mengerti, menghayati, dan meyakini pandangan hidup ini, maka selayaknya
disertai dengan pengabdian. Dan pengabdian ini hendaknya dijadikan
pakaian, baik dalam waktu tentram Iebih-lebih bila menghadapi
hambatan, tantangan dan sebagainya.
(6) Mengamankan
Mungkin sudah merupakan sifat
manusia bahwa bila sudah mengabdikan diri pada suatu pandangan hidup lalu ada
orang lain yang mengganggu dan atau mayalahkannya tentu dia tidak
menerima dan bahkan cenderung untuk mengadakan perlawanan. Hal ini karena
kemungkinan merasakan bahwa dalam berpandangan hidup
itu dia telah mengikuti langkah-langkah sebelumnya dan
langkah-langkah yang ditempuhnya itu telah dibuktikan kebenarannya
sehingga akibatnya bila ada orang lain yang mengganggunya rnaka dia pasti akan
mengadakan suatu respon entah respon itu berwujud tindakan atau lainnya.
Proses mengamankan ini merupakan
langkah terakhir.Tidak mungkin atau sedikit kemungkinan bila belum
mendalami langkah sebelumnya lalu akan ada prosesmengamankan ini.
Langkah yang terakhir ini merupakan langkah terberat
dan benarbenar membutuhkan iman yang teguh dan kebenaran dalam menanggulangi
segala sesuatu demi tegaknya pandangan hidup itu.
Misalnya seorang yang beragama Islam
dan berpegang teguh kepada pandangan hidupnyaa,lalu suatu
ketika dia dicela baik secara langsung ataupun secara
tidak langsung, maka jelas dia tidak menerima
celaan itu. Bahkan bila ada orang yang ingin
merusak atau bahkan ingin memusnahkan agama
Islam baik terang-terangan ataupun secara
diam-diam, sudah tentu dan sudah selayaknya kita
mengadakan tindakan terhadap segala sesuatu yang
menjadi pengganggu.
Gambar atau
Foto Manusia dan pandangan hidup
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pandangan hidup merupakan bagaimana manusia memandang
kehidupan. Setiap orang memiliki pandangan hidup yang berbeda-beda dan
melahirkan suatu paham. Wujud pandangan hidup manusia berkaitan dengan
cita-cita, kebajikan, dan etika. Cita-cita merupakan pandangan hidup di masa
yang akan datang. Kebajikan manusia secara nyata dan dapat dirasakan melalui
tingkah lakunya. Dan, dalam hal ini, tingkah laku manusia sebagai perwujudan
kebajikan inilah yang akan dikemukakan karena wujudnya dapat dilihat dan
dirasakan. Karena tingkah laku bersumber pada pandangan hidup, maka setiap
orang memiliki tingkah laku sendiri-sendiri yang berbeda dari orang lain dan
tergantung dari pembawaan, lingkungan, dan pengalaman. Dalam setiap perbuatan,
manusia harus memahami etika yang berlaku dalam masyarakat. Sehingga kehidupan
dalam mermasyarakat menjadi tenang dan tenteram.
DAFTAR PUSTAKA
http://sarahabibah.blogspot.com/2012/06/usaha-atau-perjuangan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar